14 Januari 2016 di Jakarta

/ Thursday, January 14, 2016 /
Kamis, 14 Januari 2016. Ketika sedang asyik-asyiknya bersantai setelah pulang dari kampus langsung berhadapan dengan layar laptop untuk mengerjakan project dan juga dibantu oleh tayangan televisi yang biasanya digunakan oleh saya untuk mengencerkan pikiran agar tidak terlalu kaku dalam memikirkan suatu terobosan atau ide-ide yang kalau tidak ada televisi akan bosan dan jenuh. Seperti biasa karena pada pukul 11:00 WIB selalu tidak ada siaran yang mendidik dan juga asyik ditoton maka tidak ada cara lain yaitu menonton siaran berita disalah satu stasiun tv swasta.  Awalnya memang hanya melihat berita dan masih fokus untuk mengerjakan project. Berita di televisi pun di hiraukan (biasanya senang dengan berita bisnis). Namun, karena bolak-balik bola mata melirik layar kaca beberapa isi dari berita bisa ditangkap. Ketika kuping ini mulai fokus dalam pemberitaan, saya dikejutkan dengan berita tersebut. "Teroris Bermain ke Jakarta". Yap, itulah kata yang saya bisa tuliskan. 

Dari video amatir terlihat bahwa terjadi aksi terorisme di Sarinah, Jakarta. Sarinah adalah tempat dimana banyak sekali gedung-gedung elite atau bisa dibilang pusat perkantoran dan juga pusat pemerintahan yang menjadi Ring 1. Karena tidak jauh dari sana terdapat Istana Negara. Video amatir tersebut menunjukan bahwa teroris awalnya berada di depan gedung cakrawala depan pinta star buck. Dua orang teroris bergegas berlindung di mobil kemudian berdatangan datang polisi. Diakhir tragedi tersebut aparat keamanan dapat menewaskan 5 pelaku, melumpuhkan 3 pelaku + 2 pelaku bunuh diri. 

Presiden Jokowi sudah tepat memberikan arahan bahwa "masyarakat tidak perlu panik" kemudian beliau juga berkata "tidak perlu takut". Saya memang tidak takut dengan adanya kasus tersebut. Tapi, seiring dengan banyak berita yang disiarkan kemudian juga video amatir yang merekam ketika terjadi baku tembak dan bom membuat saya berpikir. Katanya kita tidak perlu panik, namun dari wartawan sendiri yang membuat masyarakat panik dengan video tragedi yang disiarkan dan diulang-ulang. Pastinya warga yang melihat akan merekam kejadian itu di otak mereka dan kemudian akan menjadi stimulus dan ketika otak memikirkan bahwa hal itu mengkhawatirkan dan menakutkan pastinya ia akan panik dan takut. Kemudian dari polisinya sendiri dengan adanya tayangan 86 yang menyiarkan siaran itu juga. Kalau masyarakat dikatakan tidak perlu panik, berarti wartawan tidak perlu membuatu mereka panik. Cukup memberitakan secara lisan saja tak perlu adanya siaran ulang video ketika baku tembak. Itu yang membuat saya heran. Terorisme bertujuan untuk memengaruhi pikiran masyarakat agar mereka semua panik dan kondisi negara tidak kondusif. Ya, kalau kita tidak mau ikut tujuan mereka yasudah tidak usah panik dan tidak perlu membuat mereka panik. Itu masalah yang tidak beratkan?



Diakhir tulisan ini saya sebagai penulis sangat mengutuk keras perbuatan terorisme di Jakarta ini. Kemudian saya juga berduka dengan hal tersebut, namun kita harus berani untuk melawan rasa takut kita. Setiap tulisan pasti ada coretan, dan tidak setiap coretan akan dilanjutkan dengan coretan lagi. Ketika kita memiliki iman yang kuat, dan memiliki nilai Pancasila kita akan kuat dan tak akan pernah goyah.

Itu semua adalah dasar pemikiran dangkal saya. Bilamana dalam tulisan ini terdapat kesalahan mohon dimaafkan karena saya bukan manusia sempurna.

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright © 2010 Ruang Lingkup Goresan Kehidupan Anak Bangsa, All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger